Dilarang ngejiplak post by:ADMIN <!--Can't find substitution for tag [blog.PAGEtitle]-->
THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

24 Nov 2010

Pemuda dalam Kemerdekaan Teknologi

Di manapun di negeri ini, perubahan itu datang dari orang muda." Itulah yang dikatakan seorang Profesor kepada Saya beberapa waktu lalu. Jika kita melihat jauh ke belakang, perjuangan kemerdekaan Indonesia tak bisa dilepaskan dari semangat kaum mudanya. Beralihnya kekuasaan dari Orde Baru juga karena kekuatan generasi muda (mahasiswa), hingga kemudian tonggak reformasi berdiri di negara ini.

Bahkan Bung Karno, tokoh besar bangsa Indonesia pernah berkata. "Berikan Saya sepuluh pemuda, maka Saya akan mengubah dunia." Orang sekelas Bung Karno saja percaya dengan kekuatan kaum muda yang bisa membawa perubahan. Tentu saja, hal itu masih berlaku hingga saat ini, jika para generasi muda bisa mengejewantahkan semangat, optimisme, kedinamisan, dan jiwa revolusioner para kaum muda.

Di zaman yang serba berteknologi canggih sekarang, jiwa kaum muda tentu tak hanya sekedar semangat menggebu-gebu saja. Jiwa-jiwa yang penuh perubahan itu harus diselaraskan dengan penguasaan terhadap kemajuan teknologi. Karena kehidupan manusia sekarang sudah tak bisa lagi dipisahkan dari pergerakan dunia teknologi.

Information Communication Technology (ICT) atau teknologi komunikasi informasi adalah salah satu tonggak peradaban dunia saat ini. Mulai dari televisi, handphone, hingga internet sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita. Malah teknologi mengambil satu posisi penting dalam kehidupan manusia. Alat-alat canggih tersebut sudah menjadi bagian pelengkap dalam perkembangan dunia, termasuk dalam refleksi jiwa kaum muda.

Dalam Digital Grown Up (2009), Dan Tapscott bertutur soal datangnya era konektivitas. Zaman di mana semua sendi kehidupan, dari yang substansial hingga hal remeh-temeh, terakomodasi pada medium teknologi koneksi sosial internet. Pertanyaan tentang buku baru atau harga sebuah buku, misalnya, tak lagi ditanyakan kepada teman kuliah yang baru pulang dari toko buku. Namun, cukup diketikkan kata kunci pada mesin pencari (search engine).

Menguasai Teknologi


Pemuda sebagai ujung tombak perubahan tentu harus bisa menguasai perkembangan teknologi ini. Pemuda harus mampu memanfaatkan teknologi untuk terus mengobarkan perubahan menuju kemajuan ke arah yang lebih baik bagi negeri ini. Karena perjuangan sekarang bukan lagi bergerilya di dalam hutan. Perjuangan di zaman serba canggih ini adalah peperangan dalam menguasai teknologi-teknologi serba mutakhir.

Tidak bisa kita pungkiri jika masih banyak masyarakat kita yang masih gagap dengan teknologi. Belum adanya kemerdekaan teknologi ini terutama terjadi di daerah-daerah pelosok yang pastinya belum tersentuh oleh alat-alat komunikasi dan informasi yang berbasis teknologi. Jangankan ingin memikirkan perkembangan teknologi, untuk memikirkan besok mau makan pakai apa sudah begitu banyak menyita waktu mereka.

Di sinilah kemudian muncul permasalahan jurang digital (digital divide) di tengah-tengah masyarakat kita. Banyak warga terutama di daerah-daerah di mana infrastruktur teknologi masih belum menyentuh kehidupan mereka, tentu saja tak mampu mengoperasionalkan perangkat teknologi tersebut. Kesenjangan ini nantinya tentu saja dapat merintangi laju perkembangan sosial dan ekonomi, serta meninggalkan wilayah-wilayah yang lebih miskin jauh di belakang.

Masalah digital divide semakin menyulitkan kita untuk mendapatkan kemerdekaan teknologi tersebut. Penerapan melek teknologi secara meluas di kalangan warga akan terasa lambat, karena ditambah lagi dengan sejumlah hambatan dalam aspek demografi, perilaku, budaya, fungsional, dan juga teknologi. Teknologi akhirnya menjadi penyebab jurang komunikasi yang semakin lebar di dalam masyarakat.

Pada bagian inilah kemudian tugas generasi muda bertambah satu lagi, membebaskan masyarakat Indonesia dari kebodohan akan teknologi tersebut. Kita sebagai pemuda harus ikut mendorong kebijakan untuk memasyarakatkan teknologi hingga ke seluruh pelosok Tanah Air. Kaum muda sebagai generasi pembawa perubahan, harus mampu membawa kehidupan masyarakat ke zaman teknologi canggih, tanpa membeda-bedakan golongannya. Sehingga, tak ada lagi masyarakat yang terjajah dalam perkembangan teknologi. Semua masyarakat pun bisa melanjutkan perjuangan di era digital ini.

Usaha ini memang sulit, tapi bukan berarti tidak bisa berhasil. Hanya memang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengimplementasikannnya dan kemudian dapat melihat hasilnya. Selan itu, juga membutuhkan biaya yang lebih besar. Namun pastinya, tidak ada yang tidak bisa dilakukan. Semuanya harus dicoba. Tentu saja ini tanggung jawab yang besar bagi para generasi muda Indonesia, sebagai generasi pembawa perubahan.

Hati-hati


Kemerdekaan teknologi dalam judul di atas juga bisa bermakna ganda. Pertama, tentu saja soal penguasaan teknologi yang seharusnya dapat diaplikasikan oleh pemuda zaman sekarang dalam setiap sendi kehidupannya dan dalam bermasyarakat. Tentu juga dengan mendorong penguasaan teknologi tersebut bagi lingkungan sekitar dan mayarakat sendiri. Bagian ini sudah dibahas dalam pemaparan di atas.

Namun ada satu lagi makna yang bisa jadi muncul dalam mengartikan "kemerdekaan teknologi" tersebut. Soal siapa yang membutuhkan dan siapa yang dibutuhkan, akan teknologi dan oleh teknologi itu sendiri. Maksudnya, soal kebutuhan kita akan teknologi tersebut. Jangan sampai terjadi malah kita yang mengalami ketergantungan terhadap teknologi.

Sudah tidak heran lagi, melihat para pemuda di zaman sekarang malah dikuasai oleh teknologi itu sendiri. Semuanya ingin serba cepat dan instan, sehingga kemudian melupakan esensi proses dalam persoalan tersebut. Lihat saja dengan para pelajar yang misalnya lebih memilih melakukan copy-paste terhadap karya orang lain untuk menyelesaikan tugasnya, ketimbang membolak-balik dan membaca sebuah buku, kemudian mengetikkannya di komputer. Fenomena tersebut sudah tidak asing lagi di kalangan pelajar.

Atau, mungkin kasus terbaru soal ketergantungan terhadap teknologi adalah fenomena Facebook yang sedang mewabah ditengah-tengah generasi muda. Bayangkan saja, teknologi tak lagi untuk membangun perubahan bagi bangsa, tetapi malah membuat kaum muda berubah menjadi individualis. Semua orang sibuk ber-chatting-ria di Facebook, sehingga tak sempat lagi memikirkan apa yang akan dilakukannya untuk membangun bangsa. Bahkan budaya diskusi dan ngumpul bareng sudah mulai hilang ditelan fenomena Facebook.

Ini adalah salah satu bentuk ketergantungan kita terhadap teknologi. Pastinya hal ini terjadi karena kekurangsiapan kita untuk menerima kehadiran teknologi tersebut. Oleh karena itu, dari awal kaum muda harus sudah menyiapkan diri untuk menguasai teknologi tersebut, bukan malah sebaliknya, dikuasai  oleh teknologi.

Satu hal yang harus selalu diingat, teknologi diciptakan untuk membantu pekerjaan manusia agar lebih ringan. Bukan berarti hal tersebut agar kita melupakan proses dari pekerjaan tersebut. Apalagi jika kita malah mengalami ketergantungan terhadap teknologi itu sendiri. Lebih parahnya tentu saja ketika ada pihak-pihak yang malah menyalahgunakan teknologi tersebut untuk hal-hal yang tidak berguna, bahkan untuk tindakan kriminal.

Pastinya, kita sebagai pemuda harus terbebas dari kebodohan dan cengkeraman teknologi itu sendiri. Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, revolusi internet adalah sebuah peluang dan juga sebuah ancaman. Pemuda generasi penerus bangsa harus memperhatikan itu.

0 komentar:

 
Terima kasih atas kunjungan nya By:ADMIN